Sunday, 29 October 2017

Makalah Penyesuaian Diri (Pengertian Penyesuaian Diri, Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri dan Kebutuhan Akan Penyesuaian Diri)


A.    Pendahuluan
Setiap manusia pasti melakukan penyesuaian diri, baik penyesuaian secara biologis maupun sosial. Secara biologi misalnya seseorang yang sudah terbiasa hidup di daerah dingin dan pindah ke daerah panas, maka ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan/iklim di daerah tersebut. Secara sosial misalnya anak rantau yang sebelumnya tidak mengenal daerah barunya, maka ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, ia juga harus berinteraksi atau bersosialisasi dengan masyarakat sekitar supaya terjalin hubungan baik. Jangan sampai malah mempawa dampak buruk akibat kedatangannya tersebut. Setiap manusia juga harus dituntut untuk dapat menyesuaikan dirinya dalam segala situasi dan kondisi apapun.
Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih detail tentang bagaimana pengertian penyesuaian diri, bentuk-bentuk penyesuaian diri dan kebutuhan akan penyesuaian diri.

B.     Pengertian Penyesuaian  Diri
Penyesuaian diri merupakan suatu konstruk psikologi yang luas dan kompleks, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan yang baik dari lingkungan luar maupun dari dalam individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut seluruh aspek kepribadian individu dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya.
Pengertian luas tentang proses penyesuaian terbentuk seseuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu tidak hanya mengubah kalakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan darinya dari dalam dan keadaan di luar, dalam lingkungan di mana ia hidup, akan tetapi juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan adanya orang lain dan macam-macam kegiatan mereka. Jike mereka ingin penyesuaian, maka hal itu menuntut adanya penyesuaian antara keinginan masing-masingnya dengan suasana lingkungan sosial tempat mereka bekerja. 
Penyesuaian diri pada prinsipnya merupakan suatu proses yang mencakup respons mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan di mana ia tinggal.[1]
Menurut Schneiders (1984) penyesuaian diri yaitu suatu proses yang mencakup respon-respon mental behavioral yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasaan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dari luar dunia atau lingkungan tempat individu berbeda.

C.    Bentuk-Bentuk Penyesuaian diri
Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjusted person) manakala mampu melakukan respon-respon yang matang , efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respons dengan melakukan dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons yang dilakukannya dengan hakikat individu, lembaga atau kelompok antarindividu, dan hubungan antar individu dengan penciptanya. Sebaliknya, reaksi yang tidak memuaskan, tidak efektif, dan tidak efisien seringkali diartikan sebagai penyesuaian diri yang kurang baik, buruk, atau dikenal dengan istilah “malasuai” (maladjustment).
Menurut Schneiders (1984) bentuk penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :
1.      Penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi (adaptation)
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi padahal adaptasi ini umumnya lebih mengarah pada penyasuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku didaerah dingin tersebut. Dengan demikian, dilihat dari sudut pandang ini, penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik (self-maintenance atau survival). Oleh sebab itu, jika penyesuaian diri hanya diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan penyesuaian diri dalam arti psikologis. Akibatnya, adanya kompleksitas kepribadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu dengan lingkungan menjadi terabaikan. Padahal, dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dalam hubungannya dengan lingkungan.
2.      Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity)
Penyesuaian diri dimaknai sebagai bentuk konformitas banyak membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu mengindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional. Dalam sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas dan terancam akan tertolak dirinya manakala perilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Keragaman pada individu menyebabkan penyesuaian diri tidak dapat dimaknai sebagai usaha konformitas. Misalnya, pola perilaku anak-anak berbakat atau anak-anak genius ada yang tidak berlaku atau tidak dapat diterima oleh anak-anak berkemampuan biasa. Namun demikian, tidak dapat dikatakan behwa mereka mampu menyesuaikan diri. Norma-norma sosial dan budaya terkadang terlalu kaku dan tidak masuk akal untuk dikenakan pada anak-anak yang memiliki keunggulan tingkat inteligensi atau anak-anak berbakat. Selain itu, norma yang berlaku pada suatu budaya tertentu tidak sama dengan norma pada budaya lainnya sehingga tidak mungkin merumuskan serangkaian prinsip-prinsip penyesuaian diri berdasarkan budaya yang dapat diterima secara universal. Dengan demikian, konsep penyesuaian diri sesungguhnya bersifat dinamis dan tidak dapat disusun berdasarkan konformitas sosial.
3.      Penyesuaian diri sebagai bentuk usaha penguasaan (mastery)
Penyesuaian diri sebagai bentuk usaha penguasaan yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain, penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan, emosi, dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah. Hal itu juga berarti penguasaan dalam memiliki-kekuatan-kekuatan terhadap lingkungan, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan realitas berdasarkan cara-cara yang baik, akurat, sehat, dan mampu bekerja sama dengan orang lain secara efektif dan efisien, serta mampu memanipulasi faktor-faktor lingkungan sehingga penyesuaian diri dapat berlangsung dengan baik.[2]

D.    Kebutuhan Akan Penyesuaian Diri
Nilai terakhir bagi individu dari hasil-hasil pendidikannya terletak pada sampai sejauh manakah apa yang telah dipelajarinya atau proses yang telah dilaluinya. Sesuai bagi dirinya untuk penyesuaian yang wajar terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri dan terhadap tuntutan-tuntutan yang datang dari masyarakat. Ia membawakan pengalaman-pengalaman pendidikannya dalam jumlah kebulatan yang berupa ebilitas-ebilitas, keinginan-keinginan, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-englaman yang diperoleh dari sekolah dan dari luar sekolah secara terus-menerus dibentuk ke dalam jenis pribadi yang sekarang dan kemungkinan apa saja yang akan terjadi atas dirinya. Seluruh tempat-tempat yang mempunyai relasi dengan perkembangan anak dan adolesen terutama rumah tangga dan sekolah harus seawal mungkin disadari peranannya pada tingkah laku individu sebagai faktor-faktor yang berarti dalam memberi gambaran pencapaian kepuasan dan produktifitas. Seorang individu tidak dilahirkan dengan kelengkapan dapat menyesuaikan diri secara wajar atau tidak. Dalam hal ini potensi-potensi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor-faktor lingkungan dimana ia menemukan dirinya bahwa ejasmen atau melajasmen itu berkembang berangsur-angsur.[3]
Kebutuhan akan penyesuaian diri sangatlah penting dan perlu adanya penyesuaian diri yang sehat, yaitu meliputi : 1) kematangan emosional; 2) kematangan intelektual; 3) kematangan sosial; dan 4) tanggung jawab.
1.      Kematangan emosional mencakup aspek-apek:
a.       Kemantapan suasana kehidupan emosional.
b.      Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain.
c.       Kemantapan untuk santai, gembira, dan menyatakan kejengkelan.
d.      Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri.
2.      Kematangan intelektual mencakup aspek-aspek:
a.       Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri.
b.      Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya.
c.       Kemampuan mengambil keputusan.
d.      Keterbukaan dalam mengenal lingkungan.
3.      Kematangan sosial mencakup aspek-aspek:
a.       Keterlibatan dalam partisipasi sosial.
b.      Kesediaan kerja sama.
c.       Kemampuan kepemimpinan.
d.      Sikap toleransi.
e.       Keakraban dalam pergaulan.
4.      Tanggung jawab mencakup aspek-aspek:
a.       Sikap produktif dalam mengembangkan diri.
b.      Melakukan perencanaan dan melaksanakan secara fleksibel.
c.       Sikap altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal.
d.      Kesadaran akan etika dan hidup jujur.
e.       Melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai.
f.        Kemampuan bertindak independen.[4]

E.     Kesimpulan
Penyesuaian diri merupakan suatu konstruk psikologi yang luas dan kompleks, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan yang baik dari lingkungan luar maupun dari dalam individu itu sendiri.
Menurut Schneiders (1984) bentuk penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :
1.      Penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi (adaptation).
2.      Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity).
3.      Penyesuaian diri sebagai bentuk usaha penguasaan (mastery)
Nilai terakhir bagi individu dari hasil-hasil pendidikannya terletak pada sampai sejauh manakah apa yang telah dipelajarinya atau proses yang telah dilaluinya. Sesuai bagi dirinya untuk penyesuaian yang wajar terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri dan terhadap tuntutan-tuntutan yang datang dari masyarakat.
Kebutuhan akan penyesuaian diri sangatlah penting dan perlu adanya penyesuaian diri yang sehat, yaitu meliputi : 1) kematangan emosional; 2) kematangan intelektual; 3) kematangan sosial; dan 4) tanggung jawab.

F.     DAFTAR PUSTAKA
·         Dra. Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016.
·         Mohamad Ali dan Mohamad Ansrori, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.
·         Drs. Z. Kasijan, Psikologi Pendidikan 2, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987.




[1] Dra. Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016, H 191-193.
[2] Mohamad Ali dan Mohamad Ansrori, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017, H 173-176.
[3] Drs. Z. Kasijan, Psikologi Pendidikan 2, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987. H 217

[4] Dra. Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016, H 195-196.

1 comment:

  1. mau tanya dong yg bagian latar belakang itu diambil dari buku apa yahh

    ReplyDelete