Monday, 23 October 2017

Makalah Perkembangan Psikologi dan Pengaruh Fisiologi Terhadap Psikologi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Psikologi adalah ilmu yang dimana topik pembahasannya mengenai masalah kejiwaan. Ada tiga aliran psikologi besar saat ini, yaitu behaviorisme, psikodinamika dan humanistik. Seiring dengan berkembangnya waktu dan juga kemajuan ilmu pengetahuan, banyak para ilmuan-ilmuan barat yang mengkaji atau melakukan riset-riset tertentu yang dimana hasil dari semua itu nantinya akan berdampak atau memeberikan imbas kepada ilmu psikologi itu sendiri.
Salah satunya adalah dalam hal fisiologi. Seiring dengan adanya kemajuan riset dan perkembangan ilmu pengetahuan, hal ini sangat mendorong kepada para ilmuan barat (khususnya Jerman) untuk selalu mengadakan riset atau eksperimennya mengenai fisiologi manusia. Eksperimen mengenai saraf, impuls dan sejenisnya inilah nanti yang akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan ilmu psikologi.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan mengenai apasaja pemikiran-pemikiran atau hasil riset dar ilmuan barat yang pada akhirnya menjadi salahsatu dasar bagi aliran ilmu psikologi hingga sekarang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan psikologi pada tahap awal?
2.   Bagaimana pemikiran para tokoh fisiologi mengenai pengaruh fisiologi terhadap psikologi?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Psikologi Tahap Awal
            Perkembangan-perkembangan dalam Psikologi Tahap Awal Riset psikologi yang menstimulasi dan menuntun psikologi baru adalah sebuah produk karya ilmiah akhir abad kesembilan belas. Sama seperti semua upaya ilmiah lainnya, ia memiliki antisedennya-karya awal yang di atasnyalah ia dibangun. Fisiologi menjadi sebuah disiplin yang berorientasi eksperimental sejak tahun 1830-an, terutama di bawah pengaruh fisiolog Jerman Johnnes Muller (1801-1858), yang menganjurkan penggunaan metode eksperimental. Muller memiliki posisi prestisius sebagai pengajar anatomi dan fisiologi di Universitas Berlin. Dia sangat produktif, menenerbitkan, rata-rata, satu makalah ilmiah setiap tujuh minggu. Dia mempertahankan keadaan seperti ini selama 38 tahun sebelum melakukan bunuh diri ketika mengalami depresi.

            Salah satu terbitannya yang paling berpengaruh adalah Handbook of the Psysiology of Mankind, diterbitkan antara tahun 1833 dan 1840. Rangkuman riset flsiologis yang terdiri dari beberapa volume pada masa itu dan merupakan sebuah kumpulan pengetahuan yang sangat besar dan tersistem. Di dalamnya terdapat keterangan mengenai studi-studi baru, yang mengindikasikan pertumbuhan pesat karya eksperimental. Volume pertamanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1838 dan volume kedua pada 1842, yang menjadi bukti ketertarikan terhadap riset flsiologis yang ditunjukkan oleh para llmuwan di banyak negara di luar Jerman.

            Muller juga patut diperhitungkan dalam flsiologi dan psikologi atas teorinya mengenai energi-energi spesifik syaraf. Dia mengusulkan bahwa stimulasi terhadap syaraf-syaraf tertentu selalu menuntun kepada sebuah sensasi dengan karakteristik tertentu, karena setiap syaraf sensori memiliki energi spesifiknya sendiri. Gagasan ini telah menstimulasi begitu banyak riset yang bertujuan untuk menemukan lokasi fungsi-fungsi di dalam sistem syaraf dan menunjukkan mekanisme reseptor sensori pada bagian luar organisme.

B.     Tokoh-Tokoh Fisiologi
            Dalam sejarah perkembangan psikologi eksperimental, terdapat beberapa ilmuan yang sangat berpengaruh atau berjasa besar di dalamnya. Hermann von Helmholtz, Ernst Weber, Gustav Theodor Fechner, dan Wilhelm Wundt. Mereka adalah tokoh fisiologi dari Jerman, dan semuanya sadar akan perkembangan luar biasa dalam sains modern.

1.      Hermann Von Helmholtz (1821-1894)
Lahir di Postdam pada 31 Agustus 1821 dengan nama lengkap Herman Ludwig Ferdinand von Helmholtz[1], Jerman, tempat dimana ayahnya mengajar di sebuah Gymnasium (di Eropa, ini adalah tempat bagi para siswa SMA yang telah lulus untuk mempersiapkan diri meneruskan ke Universitas). Helmholtz diajari di rumah karena kondisi kesehatannya yang ringkih. Pada usia 17 tahun, dia mendaftar di sebuah institute kedokteran di Berlin, sebuah sekolah yang tidak memungut biaya bagi mahasiswa yang bersedia bergabung ke dalam satuan tugas ahli bedah setelah mereka lulus nanti. Helmholtz menjalani posisi tersebut selama tujuh tahun, dimana yang pada saat yang bersamaan dia juga melanjutkan studinya dalam bidang matematika dan fisika serta menerbitkan artikel dalam sebuah tulisan tentang sifat energi yang tidak dapat dimusnahkan, secara matematis dia merumuskan hukum kekelan energi. Setelah meninggalkan satuan tugas tersebut, Helmholtz menerima sebuah posisi sebagai dosen fisiologi di Universitas Knigsberg. Selama 30 tahun selanjutnya, dia menerima posisi mengajar fisiologi di beberapa universitas di Bonn dan Heiddelbberg, serta mengajar fisika di universitas Berlin.
Helmholtz merupakan salah satu ilmuwan abad ke sembilan belas, yang merupakan seorang periset dalam bidang fisika dan fisiologi. Dalam melakukan riset di bidang optic fisiologis, dia berhasil menemukan ophthalmoscope (oftalmoskop), sebuah alat yang masih digunakan untuk memeriksa retina mata. Alat yang revolusioner ini memungkinkan orang untuk melakukan diagnosis dan perawatan terhadap gangguan retina. Karena itu, nama Helmholtz segera terkenal dalam dunia akademis maupun masyarakat umum. Dengan satu gebrakan dia berhasil meraih kemajuan karir dan pengakuan dunia (Cahan, 1993, hal. 574). Semuanya pada usia 30  tahun.
Karyanya bersama dengan karya-karya Fechner dan Wundt, sangat penting dalam awal terbentuknya psikologi baru. Dia menekankan pada pendekatan mekanistik dan deterministik, berasumsi bahwa organ-organ indera manusia berfungsi seperti mesin. Dia juga menyukai analogi-analogi teknis, misalnya membandingkan transmisi impuls-impuls syaraf dengan cara kerja telegraf (Ash, 1995).
Kontribusi Helmholtz: Impuls Neural, Penglihatan, dan Pendengaran.
Yang terpenting bagi ilmu psikologi adalah investigasi-investigasi Helmholtz mengenai kecepatan impuls neural dan risetnya mengenai penglihatan dan pendengaran. Para ilmuwan pada waktu itu bahwa impuls syaraf itu bersifat instan, atau setidaknya ia berjalan terlalu cepat untuk bisa diukur. Helmholtz adalah orang pertama yang memberikan pengukuran empiris terhadap tingkat konduksi dengan menstimulasi sebuah syaraf motorik dan otot lekat pada kaki seekor katak. Dia mengatur pendemonstrasiannya supaya mendapatkan momen stimulasi yang tepat dan gerakan yang dihasilkan dapat direkam. Bekerja dengan syaraf-syaraf dengan lama waktu yang berbeda, dia mencatat penundaan antara stimulasi syaraf yang terletak di dekat otot dan respon otot, dan memberikan stimulasi yang sama pada lokasi yang agak jauh dari otot. Pengukuran ini berhasil mencatat kecepatan konduksi impuls neural: 90 kaki perdetik.
Helmholtz juga bereksperimen dengan reaksi-reaksi waktu pada syaraf-syaraf pendengaran dan subyek manusia, mempelajari rangkaian lengkap mulai dari stimulasi sebuah organ indera sampai respon motorik yang dihasilkannya. Penemuan-penemuan ini menunjukkan begitu banyak perbedaan individual, demikian juga dengan perbedaan yang ditunjukkan oleh orang yang sama pada percobaan yang satu dengan percobaan lain yang membuatnya tidak berminat lagi melanjutkan riset itu.
Helmholtz menunjukkan bahwa kecepatan konduksi itu ternyata tidak instan dimana pikiran dan gerakan saling mengikuti dalam interval waktu yang dapat diukur dan tidak muncul secara simultan, seperti yang diperkirakan sebelumnya. Tetapi Helmholtz hanya tertarik pada pengukuran itu sendiri dan bukan pada signifikan psikologisnya. Di kemudian hari, implikasi dari risetnya ini bagi psikologi baru ditemukan oleh orang lain, yang melakukan eksperimen reaksi waktu yang menjadi rangkaian riset yang membuahkan hasil. Karya Hemlotz adalah salah satu dari contoh-contoh paling awal penggunaan eksperimentasi dan pengukuran dalam sebuah proses psikofisiologis.
Studi-studinya tentang penglihatan juga berpengaruh terhadap psikologi baru. Helmholtz menginvestigasi otot-otot mata bagian luar dan mekanisme yang berperan ketika otot-otot mata bagian dalam memfokuskan lensa. Dia merevisi dan memperluas sebuah teori tentang penglihatan warna yang pada 1802 pernah diterbitkan oleh Thomas Young; karya ini sekarang dikenal dengan teori penglihatan warna Young-Helmholtz. Yang tak kalah pentingnya adalah riset Helmholtz terhadap pendengaran, khususnya mengenai persepsi nada, hakikat keselarasan dan ketidakselarasan, dan masalah resonansi. Pengaruh gagasan dan eksperimennya yang masih bertahan dalam bidang ini masih sangat jelas karena sampai kini masih dikutip di dalam buku-buku teks psikologi modern.
Dia memfokuskan energy dan perhatian pada manfaat-manfaat terapan atau praktis dari riset ilmiah. Dia tidak percaya pada pemikiran melakukan eksperimen hanya untuk mengumpulkan data. Dalam pandangannya, misi seorang ilmuwan adalah mengumpulkan informasi dan memperluas atau mengaplikasikan kumpulan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis. Kita melihat perkembangan lebih jauh dari pendekatan ini di dalam aliran fungsional psikologi yang berakar di Amerika Serikat .
Helmholtz bukan seorang psikolog, dan psikologi juga bukan merupakan minat utama baginya, tetapi ia telah menyumbangkan sangat banyak pengetahuan penting bagi studi tentang indera manusia, dan ini berarti dia telah membantu memperkuat pendekatan eksperimental terhadap studi mengenai masalah-masalah psikologis. Ia meninggal pada 8 September 1894 di Charlottenburg, German Empire.
2.      Ernst Weber (1795-1878)
     Ernst Heinrich Weber lahir pada tanggal 24 Juni 1795 di Wittenberg, Saxony, Holy Roman Empire. Dia adalah putra Michael Weber, seorang profesor teologi di Universitas Wittenberg. Di usia muda, Weber menjadi tertarik pada fisika dan sains setelah sangat dipengaruhi oleh Ernst Chladni, seorang fisikawan yang sering disebut sebagai "bapak akustik". Weber menyelesaikan sekolah menengah di Meissen dan mulai belajar kedokteran di Universitas Wittenberg pada tahun 1811. Dia kemudian menerima MD- nya pada tahun 1815 dari Universitas Leipzig. Pertarungan dan akibat perang Napoleon memaksa Weber untuk pindah dari Wittenberg. Dia menjadi asisten di klinik medis JC Clarus di Leipzig pada tahun 1817 dan kemudian seorang profesor di anatomi komparatif pada tahun 1818 di Universitas Leipzig. Dia menjadi ketua anatomi manusia di universitas pada tahun 1821. Kontribusi langsung pertama Ernst Weber terhadap psikologi terjadi pada tahun 1834 ketika mencoba untuk menggambarkan sensasi sentuhan.
     Sumbangan Weber dalam psikologi adalah hasil eksperimen yang mengenai ambang dua titik pada kulit, yaitu bagaimana atau sejauh mana subjek dapat merasakan atau mempersepsi dua buah titik atau stimulus yang dikenakan pada bagaian kulitnya. Apabila subjek antara titik itu relative pendek subjek merasa adanya satu stimulus. Tetapi pada jarak tertentu (jarak kedua titik agak renggang), subjek merasa adanya dua stimulus. Eksperimen ini mendemostrasikan tentang ambang dua titik (the two-point threshold), yaitu dimana dua titik stimulus dapat diraskan oleh subjek.
     Sebuah kontribusi signifikan terhadap psikologi baru melibatkan penemuan eksperimental Weber mengenai akurasi pembedaan antara dua titik pada kulit yakni, jarak yang harus dibuat antara dua titik sebelum subyek melaporkan merasakan dua sensasi berbeda. Tanpa melihat pada peralatannya, yang menyerupai sebuah jangka, subyek diminta untuk melaporkan apakah mereka merasakan satu atau dua titik yang menyentuh kulit mereka. Ketika kedua titik stimulasi didekatkan, para subyek melaporkan merasakan sentuhan hanya pada satu titik. Ketika jarak kedua sumber stimulasi dijauhkan, para subyek melaporkan mengenai ketidak jelasan apakah mereka merasakan sensasi pada satu atau dua titik. Akhimya, berhasil dicapai suatu jarak dimana para subyek melaporkan merasakan dua titik sentuhan berbeda.
     Prosedur ini memperlihatkan tentang ambang dua-titik, titik di mana dua sumber stimulasi berbeda dapat dibedakan. Riset Weber ini menandai demonstrasi eksperimental sistematis terhadap konsep ambang (titik di mana efek~efek psikologi mulai dihasilkan), sebuah gagasan yang digunakan secara luas didalam psikologi sejak awal terbentuknya sampai hari ini, konsep ambang yang diaplikasikan pada kesadaran pada titik dimana ide-ide tak sadar yang ada didalam pikiran menjadi sadar.
3.      Wilhelm Maximilian Wundt
     Wilhelm Maximilian Wundt (lahir 16 Agustus 1832 – meninggal 31 Agustus 1920 pada umur 88 tahun) adalah seorang dokter, psikolog, fisiolog, dan profesor, yang sekarang dikenal sebagai penemu  modern. Ia dianggap sebagai "bapak psikologi eksperimental". Pada tahun 1879, ia mendirikan laboratorium formal pertama untuk riset psikologis di Universitas Leipzig, dan membuat jurnal riset psikologis pertama pada tahun 1881.
     Wundt membuat karya tulis yang menjadi salah satu yang paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of Physiological Psychology" pada tahun 1874. Karya tersebut menggunakan sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki pengalaman langsung dari kesadaran, termasuk perasaan, emosi, gagasan, terutama dijelajahi melalui introspeksi.[5]
     Wundt berupaya memahami pikiran manusia dengan mengidentifikasi elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat kimia yang bisa dibagi menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap psikologi sebagai ilmu, seperti halnya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa kesadaran adalah kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi. Walau secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam kelahiran dan perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi kontemporer banyak diperdebatkan oleh para ahli sekarang.
4.      Gustav theodore fechner  (1801- 1887)
Fechner lahir di desa di bagian tenggara jerman dimana ayahnya menjadi pendeta. Memulai studi di daerahnya dan merambah ke dunia medis saat masuk di Universitas Leizig pada 1871 dan mengikuti kuliah-kuliah fisiologi yang disampaikan weber.
Bahkan sebelum lulus, pandangan humanistik Fechner berlawanan dengan pelajaran–pelajaran ilmiah tentang mekanisme. Dengan nama penanya sebagai “Dr. Mises” dia menulis esai-esai satiris yang mengolok-olok pengobatan dan sains. Konflik antara sisi kepribadiannya ini bertahan sepanjang hidupnya- merupakan ketertarikan pada sains dan metafisika. Dan karena terganggu dengan pandangan atomistik pada sains yang ada pada masa itu, timbul pandangan yang ia sebut “day view” (pandangan terang) bahwa alam semesta dapat dipandang dari sudut pandangan kesadaran, berlawanan dengan “night  view” (pandangan gelap) yang menganggap alam semesta, termasuk kesadaran tak lain hanya terdiri dari materi.
Setelah menyelesaikan studi medisnya, memulai karirnya dalam bidang fisika dan matematika di Leipzig dan menerjemahkan dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Jerman beberapa buku fisika sebagai buku pegangan pembelajaran. Pada 1824 ia mulai mengajar di Universitas dan melakukan riset pribadinya. Pada 1830, ia telah menerjemahkan dua belas volume buku maka hasil dari kegiatannya ini ia mendapat gelar sebagai fisikawan dan akhir 1830-an ia mulai tertarik tentang sensasi dan mulai riset dengan sensasi melalui melihat matahari, dia mengalami cedera serius dimatanya karena hanya menggunakan kaca mata berwarna ketika melihat matahari.
Pada 1833, fechner mendapat posisi prestisius sebagai dosen di Liepzig, dan setelah itu ia mengalami depresi selama bertahun-tahun. Dia mengeluhkan tentang kepenatan dan gangguan tidur. Dia tidak dapat mencerna makanan dan tidak merasa lapar. Dia sangat sensitif terhadap cahaya dan menghabiskan waktunya hanya dalam kamarnya yang kemudian dicat hitam, dan hanya mendengarkan ibunya membaca diluar kamar dengan pintu terbuka sedikit. Dan dalam usahanya menyembuhkan penyakitnya ia mencoba terapi-terapi ekstrim dan berjalan jauh kemana ia dapat melepaskan kebosanan dan kemuraman dalam dirinya, namun tetap tidak berhasil.
Sakit yang dialami fechner mungkin pada dasarnya bersifat neurotik. Pemikiran ini didukung oleh cara janggal penyembuhan penyakitnya. Seorang teman perempuannya bermimpi bahwa ia membuatkan makan untuk fechner, dan keesokan painya teman wanita itu benar membuatkan makanan itu dan mengirimnya pada fechner, fechner memakannya dan juga hari-hari selanjutnya dan fechner merasa lebih baik, namun hal itu tidak betahan lama karena setelah merasa membaik selama enam bulan gejalanya bahkan lebih parah dimana ia sendiri mersa takut akan kegilaannya. Fechner menulis: “aku mersa sangat aneh sehinggapikiranku sayangnya telah hilang kecuali jika aku dapat membendung arus besar yang mengganggu dan perlu waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari, bagiku untuk menghalau ketakutan-ketakutan seperti ini”. fechner memaksa dirinya untuk melakukan semacam terapi kerja dimana ia melakukan pekerjaan yang tidak menuntuk banyak tenaga dan pikiran, ia membantu tugas dapur , menggulung benang , membuat tali dan ia sempat merasa putus asa dan mengatakan “ribuan kali aku berharap mati saja”
Akhirnya ketertarikan fechner pada dunia disekitarnya muncul kembali. Dia bermimpi melihat  angka 77, mimpi ini yang mempengaruhinya untuk berpikir bhawa ia akan sembuh dalam 77 hari. Dan tentu saja ia sembuh. Sakitnya bertahun-tahun itu kini berubah menjadi khayalan kemasyhuran bahwa ia telah dipilih Tuhan untuk menyelesaikan misteri di dunia. Dari semua yang dialaminya dia membangun pemikiran tentang prinsip kesenangan.
Fechner hidup hingga usianya 86 tahun,  dalam kondisi sehat dan memberikan banyak kontribusi terhadap sains, terlepas dari fakta bahwa lebih dari 40 tahun sebelumnya Universitas Liepzig menyatakan dirinya sebagai penderita cacat mental dan membayar pensiunan selama sisa hidupnya.[2]
Fechner berpendapat bahwa “pikiran dan tubuh memiliki sebuah hubungan kuantitatif”. Pada 22 oktober 1850 fechner mendapat ilham tentang hibungan antara pikiran dan tubuh: sensasi mental dan stimulus matematis dapat ditentukan. Hal ini mengatakaan bahwa jumlah sensasi (kualitas mental) itu tergantung pada jumlah stimulasi (kualitas fisik). Untuk mengukur perubahan dalam sensasi, kitaharus mengukur perubahan stimulasi. Sehingga memungkinkan merumuskan sebuah hubungan numerik antara mental dan material. Dimana Fechner mampu mengukur stimulus (material) adalah hal mudah karena nampak , lalu bagaimana mengukur  jumlah sensasi.
Fechner dua buah cara mengukur sensasi. Yang pertama kita dapat menetukan bahwa ada stimulus atau tidak, ditangkap atau tidak oleh indra. Yang kedua kita dapat mengukur intensitas sebuah stimulus yang dilaporkan subyek ketika sensasi pertama kali muncul; ini adalah ambang absolut dari intensitas: sebuah titik intensitas yang dibawahnya tidak ada sensasi yang dilaporkan dan diatasnya subyek dapat merasakan sensasi. Kenyataan bahwa mabnag absolut hanya mengukur pada titik nol atau level terendahnya, sedangkan untuk menghubungkan kedua intensitas tersebut perlu menentukan jarak total antara nilai-nialai stimulus dan nilai-nilai sensasi yang dihasilkan, maka fechner  mengusulkan ambang diferensial intensitas: jumlah terkecil pada perubahan stimulus yang dapat memunculkan perubahan pada sensasi. Misalnya seberapa besar sebuah beban harus ditambah beratnya agar subyek dapat merasakan perubahannya.
Untuk mengukur seberapa berat sebuah beban dirasakan seseorang  (seberapa berat yang dirasakan subyek), kita tak dapat menggunakan ukuran fisika yaitu berat objek. Tetapi kita dapat menggunakan pengukuran fisik sebagai dasar untukmengukur intensitas psikologi.
Fechner berpendapat bahwa setiap indra manusia ada peningkatan relatif tertentu dalam intensitas stimulus yang selalu menghasilkan sebuah perubahn intensitas senssi yang dapat diamati. Sehingga sensasi  (kualitas mental atau pikiran), serta stimulasi (kualitas mental atau tubuh)dapat di ukur. Hubungan keduanya dinyatakan dalam sebuah persamaan: S = K log R, dimana S = besaran sensasi, K= konstanta dan R – besaran stimulus.[3]
Fechner menghasilkan psikofisika sebagaigambaran dirinya yang menemukan hubungan antara psiko(mental) dan fisika. Program psikofisika fechner bertahan selama tujuh tahun.dia menerbitka dua buah tulisan singkat pada 1885 dan 1859, pada 1860 ia menawarkan sebuah eksposisi lengkap dalam karya  Elemants of Phychophisics, sebuah buku teks sains eksakta tentang hubungan dependen secara fungsional... antara dunia material dan mental, dunia fisik dan psikologi.
Materi yang muncul selanjutnya adalah bagian dari Elemants of Phychophisics,  yang membahas tentang perbedaan antara materi dan pikiran, antar stimulus dan sensasi yang dihasilkan.
Awal abad sembilan belas, filosof jerman Immanuel Kant mengatakan bahwa psikologi itu tidakmungkinmenjadi sains karena dianggap mustahil untuk dapat bereksperimen dengan atau mengukur proses-proses psikologi. Namun dengan karya dari fechnerlah yang ampu mematahkan pendapat Kant tersebut. Dan sebagian besar karena riset psikofisik fechnerlah wilhelm wuntdapat mempersepsikan rencananya untuk sebuah eksperimen psikologi. Karena metode-metode fechner terbukti dapat diterapkan pada cakupan yang lebih luas.[4]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Perkembangan psikologi tahap awal yang mendorong lahirnya psikologi baru, dimulai sejak adanya produk karya ilmiah di akhir abad ke-19. Di sinilah fisiologi menjadi disiplin ilmu yang berorientasikan pada eksperimental (1830-an). Tokoh penting dalam hal ini adalah fisiolog Jerman yang bernama Johnes Muller, dialah yang menganjurkan untuk penggunaan metode eksperimental, dan di tangannyalah juga terbit berbagai karya-karya luar biasa mengenai ilmu fisiologi yang nantinya akan menjadi acuan oleh ilmuan-ilmuan setelahnya.
            Selanjutnya, seiring dengan berjaannya waktu, ilmu fisiologi berkembang pesat di Jerman. Di tangan beberapa ilmuan hebat Jerman seperti Helmholtz, Fechner, Weber dan Wundt, ilmu fisiologi berkembang dengan baik dan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru tentangnya, dan dengan adanya hal tersebut juga sangat membantu atau berpengaruh terhadap perkembangan ilmu psikologi baru.

DAFTAR PUSTAKA
P. Schultz, Duane, Ellen Schultz, Sydney. 2013. Sejarah Psikologi Modern. Bandung: Nusa Media


[1]https://en.wikipedia.org/wiki/Hermann_von_Helmholtz
[2] Duane P. Schultz, Sydney Ellen Schultz, Sejarah Psikologi Modern,(Bandung: Nusa Media, 2014) , hlm.96.
[3]Ibid, hlm. 98-99                                                                                                                                                 
[4]Ibid, hlm. 100-101.

0 comments:

Post a Comment