BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Psikologi adalah ilmu yang dimana topik pembahasannya mengenai masalah
kejiwaan. Ada tiga aliran psikologi besar saat ini, yaitu behaviorisme,
psikodinamika dan humanistik. Seiring dengan berkembangnya waktu dan juga
kemajuan ilmu pengetahuan, banyak para ilmuan-ilmuan barat yang mengkaji atau
melakukan riset-riset tertentu yang dimana hasil dari semua itu nantinya akan
berdampak atau memeberikan imbas kepada ilmu psikologi itu sendiri.
Salah satunya adalah dalam hal fisiologi. Seiring dengan adanya kemajuan
riset dan perkembangan ilmu pengetahuan, hal ini sangat mendorong kepada para
ilmuan barat (khususnya Jerman) untuk selalu mengadakan riset atau
eksperimennya mengenai fisiologi manusia. Eksperimen mengenai saraf, impuls dan
sejenisnya inilah nanti yang akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan ilmu
psikologi.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan mengenai apasaja
pemikiran-pemikiran atau hasil riset dar ilmuan barat yang pada akhirnya
menjadi salahsatu dasar bagi aliran ilmu psikologi hingga sekarang.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan psikologi pada tahap awal?
2. Bagaimana pemikiran para tokoh fisiologi mengenai pengaruh fisiologi
terhadap psikologi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Psikologi Tahap Awal
Perkembangan-perkembangan
dalam Psikologi Tahap Awal Riset psikologi yang menstimulasi dan menuntun
psikologi baru adalah sebuah produk karya ilmiah akhir abad kesembilan belas.
Sama seperti semua upaya ilmiah lainnya, ia memiliki antisedennya-karya awal yang
di atasnyalah ia dibangun. Fisiologi menjadi sebuah disiplin yang berorientasi
eksperimental sejak tahun 1830-an, terutama di bawah pengaruh fisiolog Jerman
Johnnes Muller (1801-1858), yang menganjurkan penggunaan metode eksperimental.
Muller memiliki posisi prestisius sebagai pengajar anatomi dan fisiologi di
Universitas Berlin. Dia sangat produktif, menenerbitkan, rata-rata, satu
makalah ilmiah setiap tujuh minggu. Dia mempertahankan keadaan seperti ini
selama 38 tahun sebelum melakukan bunuh diri ketika mengalami depresi.
Salah satu
terbitannya yang paling berpengaruh adalah Handbook of the Psysiology of
Mankind, diterbitkan antara tahun 1833 dan 1840. Rangkuman riset flsiologis
yang terdiri dari beberapa volume pada masa itu dan merupakan sebuah kumpulan
pengetahuan yang sangat besar dan tersistem. Di dalamnya terdapat keterangan
mengenai studi-studi baru, yang mengindikasikan pertumbuhan pesat karya
eksperimental. Volume pertamanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada
1838 dan volume kedua pada 1842, yang menjadi bukti ketertarikan terhadap riset
flsiologis yang ditunjukkan oleh para llmuwan di banyak negara di luar Jerman.
Muller juga patut
diperhitungkan dalam flsiologi dan psikologi atas teorinya mengenai
energi-energi spesifik syaraf. Dia mengusulkan bahwa stimulasi terhadap
syaraf-syaraf tertentu selalu menuntun kepada sebuah sensasi dengan karakteristik
tertentu, karena setiap syaraf sensori memiliki energi spesifiknya sendiri.
Gagasan ini telah menstimulasi begitu banyak riset yang bertujuan untuk
menemukan lokasi fungsi-fungsi di dalam sistem syaraf dan menunjukkan mekanisme
reseptor sensori pada bagian luar organisme.
B.
Tokoh-Tokoh Fisiologi
Dalam
sejarah perkembangan psikologi eksperimental, terdapat beberapa ilmuan yang
sangat berpengaruh atau berjasa besar di dalamnya. Hermann von Helmholtz, Ernst
Weber, Gustav Theodor Fechner, dan Wilhelm Wundt. Mereka adalah tokoh fisiologi
dari Jerman, dan semuanya sadar akan perkembangan luar biasa dalam sains
modern.
1. Hermann Von
Helmholtz (1821-1894)
Lahir di
Postdam pada 31 Agustus 1821 dengan nama lengkap Herman
Ludwig Ferdinand von Helmholtz[1], Jerman,
tempat dimana ayahnya mengajar di sebuah Gymnasium (di Eropa, ini adalah tempat
bagi para siswa SMA yang telah lulus untuk mempersiapkan diri meneruskan ke Universitas).
Helmholtz diajari di rumah karena kondisi kesehatannya yang ringkih. Pada usia
17 tahun, dia mendaftar di sebuah institute kedokteran di Berlin, sebuah sekolah
yang tidak memungut biaya bagi mahasiswa yang bersedia bergabung ke dalam satuan
tugas ahli bedah setelah mereka lulus nanti. Helmholtz menjalani posisi tersebut
selama tujuh tahun, dimana yang pada saat yang bersamaan dia juga melanjutkan studinya
dalam bidang matematika dan fisika serta menerbitkan artikel dalam sebuah tulisan
tentang sifat energi yang tidak dapat dimusnahkan, secara matematis dia merumuskan
hukum kekelan energi. Setelah meninggalkan satuan tugas tersebut, Helmholtz
menerima sebuah posisi sebagai dosen fisiologi di Universitas Knigsberg. Selama 30 tahun selanjutnya, dia menerima posisi mengajar fisiologi di beberapa universitas di Bonn dan Heiddelbberg, serta mengajar fisika di universitas Berlin.
Helmholtz merupakan salah satu ilmuwan abad ke sembilan belas, yang merupakan seorang periset dalam bidang fisika dan fisiologi. Dalam melakukan riset di bidang optic fisiologis, dia berhasil menemukan
ophthalmoscope (oftalmoskop), sebuah alat yang masih digunakan untuk memeriksa retina
mata. Alat yang
revolusioner ini memungkinkan orang untuk melakukan
diagnosis dan perawatan terhadap gangguan retina. Karena itu, nama
Helmholtz segera terkenal dalam dunia akademis maupun masyarakat umum. Dengan satu gebrakan dia berhasil meraih kemajuan karir dan pengakuan dunia (Cahan, 1993, hal. 574). Semuanya pada usia 30 tahun.
Karyanya bersama
dengan karya-karya Fechner dan Wundt, sangat penting dalam awal terbentuknya psikologi
baru. Dia menekankan pada pendekatan mekanistik dan deterministik, berasumsi bahwa
organ-organ indera manusia berfungsi seperti mesin. Dia juga menyukai analogi-analogi
teknis, misalnya membandingkan transmisi impuls-impuls syaraf dengan cara kerja
telegraf (Ash, 1995).
Kontribusi
Helmholtz: Impuls Neural, Penglihatan, dan Pendengaran.
Yang terpenting bagi ilmu psikologi adalah investigasi-investigasi Helmholtz mengenai kecepatan impuls neural dan risetnya mengenai penglihatan dan pendengaran. Para ilmuwan pada waktu itu bahwa impuls syaraf itu bersifat instan, atau setidaknya ia berjalan terlalu cepat untuk bisa diukur. Helmholtz adalah orang pertama yang memberikan pengukuran empiris terhadap tingkat konduksi dengan menstimulasi sebuah syaraf motorik dan otot lekat pada kaki seekor katak. Dia mengatur pendemonstrasiannya supaya mendapatkan momen stimulasi yang tepat dan gerakan yang
dihasilkan dapat direkam. Bekerja dengan syaraf-syaraf dengan lama waktu yang berbeda, dia mencatat penundaan antara stimulasi syaraf yang terletak di dekat otot dan respon otot, dan memberikan stimulasi yang sama pada lokasi yang agak jauh dari otot. Pengukuran ini berhasil mencatat kecepatan konduksi impuls neural: 90 kaki perdetik.
Helmholtz juga bereksperimen dengan reaksi-reaksi waktu pada syaraf-syaraf
pendengaran dan subyek manusia, mempelajari rangkaian lengkap mulai dari
stimulasi sebuah organ indera sampai respon motorik yang dihasilkannya.
Penemuan-penemuan ini menunjukkan begitu banyak perbedaan individual, demikian juga
dengan perbedaan yang ditunjukkan oleh orang yang sama pada percobaan yang satu
dengan percobaan lain yang membuatnya tidak berminat lagi melanjutkan riset itu.
Helmholtz menunjukkan bahwa kecepatan konduksi itu ternyata tidak instan
dimana pikiran dan gerakan saling mengikuti dalam interval waktu yang dapat diukur
dan tidak muncul secara simultan, seperti yang diperkirakan sebelumnya. Tetapi
Helmholtz hanya tertarik pada pengukuran itu sendiri dan bukan pada signifikan psikologisnya.
Di kemudian hari, implikasi dari risetnya ini bagi psikologi baru ditemukan oleh
orang lain, yang melakukan eksperimen reaksi waktu yang menjadi rangkaian riset
yang membuahkan hasil. Karya Hemlotz adalah salah satu dari contoh-contoh paling
awal penggunaan eksperimentasi dan pengukuran dalam sebuah proses
psikofisiologis.
Studi-studinya tentang penglihatan juga berpengaruh terhadap psikologi
baru. Helmholtz menginvestigasi otot-otot mata bagian luar dan mekanisme yang
berperan ketika otot-otot mata bagian dalam memfokuskan lensa. Dia merevisi dan
memperluas sebuah teori tentang penglihatan warna yang pada 1802 pernah diterbitkan
oleh Thomas Young; karya ini sekarang dikenal dengan teori penglihatan warna
Young-Helmholtz. Yang tak kalah pentingnya adalah riset Helmholtz terhadap pendengaran,
khususnya mengenai persepsi nada, hakikat keselarasan dan ketidakselarasan, dan
masalah resonansi. Pengaruh gagasan dan eksperimennya yang masih bertahan dalam
bidang ini masih sangat jelas karena sampai kini masih dikutip di dalam buku-buku
teks psikologi modern.
Dia memfokuskan energy dan perhatian pada manfaat-manfaat terapan atau
praktis dari riset ilmiah. Dia tidak percaya pada pemikiran melakukan eksperimen
hanya untuk mengumpulkan data. Dalam pandangannya, misi seorang ilmuwan adalah mengumpulkan
informasi dan memperluas atau mengaplikasikan kumpulan pengetahuan tersebut untuk
menyelesaikan masalah-masalah praktis. Kita melihat perkembangan lebih jauh
dari pendekatan ini di dalam aliran fungsional psikologi yang berakar di
Amerika Serikat .
Helmholtz bukan
seorang psikolog, dan psikologi juga bukan merupakan minat utama baginya,
tetapi ia telah menyumbangkan sangat banyak pengetahuan penting bagi studi tentang
indera manusia, dan ini berarti dia telah membantu memperkuat pendekatan eksperimental
terhadap studi mengenai masalah-masalah psikologis. Ia meninggal pada 8
September 1894 di Charlottenburg, German Empire.
2.
Ernst Weber (1795-1878)
Ernst Heinrich Weber
lahir pada tanggal 24 Juni 1795 di Wittenberg, Saxony, Holy Roman Empire. Dia
adalah putra Michael Weber, seorang profesor teologi di Universitas Wittenberg.
Di usia muda, Weber menjadi tertarik pada fisika dan sains setelah sangat dipengaruhi
oleh Ernst Chladni, seorang fisikawan yang sering disebut sebagai "bapak
akustik". Weber menyelesaikan sekolah menengah di Meissen dan mulai
belajar kedokteran di Universitas Wittenberg pada tahun 1811. Dia kemudian
menerima MD- nya pada tahun 1815 dari Universitas Leipzig. Pertarungan dan
akibat perang Napoleon memaksa Weber untuk pindah dari Wittenberg. Dia menjadi
asisten di klinik medis JC
Clarus di Leipzig
pada tahun 1817 dan kemudian seorang profesor di anatomi komparatif pada tahun
1818 di Universitas Leipzig. Dia menjadi ketua anatomi manusia di universitas
pada tahun 1821. Kontribusi langsung pertama Ernst Weber terhadap psikologi
terjadi pada tahun 1834 ketika mencoba untuk menggambarkan sensasi sentuhan.
Sumbangan Weber dalam
psikologi adalah hasil eksperimen yang mengenai ambang dua titik pada kulit,
yaitu bagaimana atau sejauh mana subjek dapat merasakan atau mempersepsi dua
buah titik atau stimulus yang dikenakan pada bagaian kulitnya. Apabila subjek
antara titik itu relative pendek subjek merasa adanya satu stimulus. Tetapi
pada jarak tertentu (jarak kedua titik agak renggang), subjek
merasa adanya dua stimulus. Eksperimen ini mendemostrasikan tentang ambang dua
titik (the two-point threshold), yaitu dimana dua titik
stimulus dapat diraskan oleh subjek.
Sebuah kontribusi
signifikan terhadap psikologi baru melibatkan penemuan eksperimental Weber
mengenai akurasi pembedaan antara dua titik pada kulit yakni, jarak yang harus
dibuat antara dua titik sebelum subyek melaporkan merasakan dua sensasi
berbeda. Tanpa melihat pada peralatannya, yang menyerupai sebuah jangka, subyek
diminta untuk melaporkan apakah mereka merasakan satu atau dua titik yang
menyentuh kulit mereka. Ketika kedua titik stimulasi didekatkan, para subyek
melaporkan merasakan sentuhan hanya pada satu titik. Ketika jarak kedua sumber
stimulasi dijauhkan, para subyek melaporkan mengenai ketidak jelasan apakah
mereka merasakan sensasi pada satu atau dua titik. Akhimya, berhasil dicapai
suatu jarak dimana para subyek melaporkan merasakan dua titik sentuhan berbeda.
Prosedur ini
memperlihatkan tentang ambang dua-titik, titik di mana dua sumber stimulasi
berbeda dapat dibedakan. Riset Weber ini menandai demonstrasi eksperimental
sistematis terhadap konsep ambang (titik di mana efek~efek psikologi mulai
dihasilkan), sebuah gagasan yang digunakan secara luas didalam psikologi sejak
awal terbentuknya sampai hari ini, konsep ambang yang diaplikasikan pada
kesadaran pada titik dimana ide-ide tak sadar yang ada didalam pikiran menjadi
sadar.
3.
Wilhelm Maximilian Wundt
Wilhelm Maximilian Wundt (lahir 16
Agustus 1832 – meninggal 31
Agustus 1920 pada
umur 88 tahun) adalah seorang dokter, psikolog,
fisiolog, dan profesor, yang
sekarang dikenal sebagai penemu modern.
Ia dianggap sebagai "bapak psikologi
eksperimental". Pada
tahun 1879, ia mendirikan laboratorium formal
pertama untuk riset psikologis
di Universitas Leipzig, dan
membuat jurnal riset psikologis pertama pada tahun 1881.
Wundt membuat karya tulis yang menjadi
salah satu yang paling penting dalam sejarah psikologi, "Principles of
Physiological Psychology" pada tahun 1874. Karya
tersebut menggunakan sistem dalam psikologi yang berupaya menyelidiki
pengalaman langsung dari kesadaran, termasuk perasaan, emosi,
gagasan, terutama dijelajahi melalui introspeksi.[5]
Wundt berupaya memahami pikiran manusia
dengan mengidentifikasi elemen pembentuk kesadaran manusia, seperti halnya zat
kimia yang bisa dibagi menjadi berbagai elemen. Dalam hal ini, Wundt menganggap
psikologi sebagai ilmu, seperti halnya fisika dan kimia, dengan melihat bahwa
kesadaran adalah kumpulan dari berbagai bagian yang bisa diidentifikasi. Walau
secara luas dianggap sebagai seorang yang penting dalam kelahiran dan
perkembangan psikologi, sumbangannya terhadap psikologi kontemporer banyak
diperdebatkan oleh para ahli sekarang.
4.
Gustav theodore fechner
(1801- 1887)
Fechner lahir di desa di bagian tenggara jerman dimana ayahnya
menjadi pendeta. Memulai studi di daerahnya dan merambah ke dunia medis saat
masuk di Universitas Leizig pada 1871 dan mengikuti kuliah-kuliah fisiologi
yang disampaikan weber.
Bahkan sebelum lulus, pandangan humanistik Fechner berlawanan
dengan pelajaran–pelajaran ilmiah tentang mekanisme. Dengan nama penanya
sebagai “Dr. Mises” dia menulis esai-esai satiris yang mengolok-olok pengobatan
dan sains. Konflik antara sisi kepribadiannya ini bertahan sepanjang hidupnya-
merupakan ketertarikan pada sains dan metafisika. Dan karena terganggu dengan
pandangan atomistik pada sains yang ada pada masa itu, timbul pandangan yang ia
sebut “day view” (pandangan terang) bahwa alam semesta dapat dipandang dari
sudut pandangan kesadaran, berlawanan dengan “night view” (pandangan gelap) yang menganggap alam
semesta, termasuk kesadaran tak lain hanya terdiri dari materi.
Setelah menyelesaikan studi medisnya, memulai karirnya dalam bidang
fisika dan matematika di Leipzig dan menerjemahkan dari bahasa Perancis ke
dalam bahasa Jerman beberapa buku fisika sebagai buku pegangan pembelajaran.
Pada 1824 ia mulai mengajar di Universitas dan melakukan riset pribadinya. Pada
1830, ia telah menerjemahkan dua belas volume buku maka hasil dari kegiatannya
ini ia mendapat gelar sebagai fisikawan dan akhir 1830-an ia mulai tertarik
tentang sensasi dan mulai riset dengan sensasi melalui melihat matahari, dia
mengalami cedera serius dimatanya karena hanya menggunakan kaca mata berwarna
ketika melihat matahari.
Pada 1833, fechner mendapat posisi prestisius sebagai dosen di
Liepzig, dan setelah itu ia mengalami depresi selama bertahun-tahun. Dia
mengeluhkan tentang kepenatan dan gangguan tidur. Dia tidak dapat mencerna
makanan dan tidak merasa lapar. Dia sangat sensitif terhadap cahaya dan menghabiskan
waktunya hanya dalam kamarnya yang kemudian dicat hitam, dan hanya mendengarkan
ibunya membaca diluar kamar dengan pintu terbuka sedikit. Dan dalam usahanya
menyembuhkan penyakitnya ia mencoba terapi-terapi ekstrim dan berjalan jauh
kemana ia dapat melepaskan kebosanan dan kemuraman dalam dirinya, namun tetap
tidak berhasil.
Sakit yang dialami fechner mungkin pada dasarnya bersifat neurotik.
Pemikiran ini didukung oleh cara janggal penyembuhan penyakitnya. Seorang teman
perempuannya bermimpi bahwa ia membuatkan makan untuk fechner, dan keesokan
painya teman wanita itu benar membuatkan makanan itu dan mengirimnya pada
fechner, fechner memakannya dan juga hari-hari selanjutnya dan fechner merasa
lebih baik, namun hal itu tidak betahan lama karena setelah merasa membaik
selama enam bulan gejalanya bahkan lebih parah dimana ia sendiri mersa takut
akan kegilaannya. Fechner menulis: “aku mersa sangat aneh sehinggapikiranku
sayangnya telah hilang kecuali jika aku dapat membendung arus besar yang
mengganggu dan perlu waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari, bagiku untuk
menghalau ketakutan-ketakutan seperti ini”. fechner memaksa dirinya untuk
melakukan semacam terapi kerja dimana ia melakukan pekerjaan yang tidak
menuntuk banyak tenaga dan pikiran, ia membantu tugas dapur , menggulung benang
, membuat tali dan ia sempat merasa putus asa dan mengatakan “ribuan kali aku
berharap mati saja”
Akhirnya ketertarikan fechner pada dunia disekitarnya muncul
kembali. Dia bermimpi melihat angka 77,
mimpi ini yang mempengaruhinya untuk berpikir bhawa ia akan sembuh dalam 77 hari.
Dan tentu saja ia sembuh. Sakitnya bertahun-tahun itu kini berubah menjadi
khayalan kemasyhuran bahwa ia telah dipilih Tuhan untuk menyelesaikan misteri
di dunia. Dari semua yang dialaminya dia membangun pemikiran tentang prinsip
kesenangan.
Fechner hidup hingga usianya 86 tahun, dalam kondisi sehat dan memberikan banyak
kontribusi terhadap sains, terlepas dari fakta bahwa lebih dari 40 tahun
sebelumnya Universitas Liepzig menyatakan dirinya sebagai penderita cacat
mental dan membayar pensiunan selama sisa hidupnya.[2]
Fechner berpendapat bahwa “pikiran dan tubuh memiliki sebuah
hubungan kuantitatif”. Pada 22 oktober 1850 fechner mendapat ilham tentang
hibungan antara pikiran dan tubuh: sensasi mental dan stimulus matematis dapat
ditentukan. Hal ini mengatakaan bahwa jumlah sensasi (kualitas mental) itu
tergantung pada jumlah stimulasi (kualitas fisik). Untuk mengukur perubahan
dalam sensasi, kitaharus mengukur perubahan stimulasi. Sehingga memungkinkan
merumuskan sebuah hubungan numerik antara mental dan material. Dimana Fechner
mampu mengukur stimulus (material) adalah hal mudah karena nampak , lalu
bagaimana mengukur jumlah sensasi.
Fechner dua buah cara mengukur sensasi. Yang pertama kita dapat menetukan
bahwa ada stimulus atau tidak, ditangkap atau tidak oleh indra. Yang kedua kita
dapat mengukur intensitas sebuah stimulus yang dilaporkan subyek ketika sensasi
pertama kali muncul; ini adalah ambang absolut dari intensitas: sebuah
titik intensitas yang dibawahnya tidak ada sensasi yang dilaporkan dan
diatasnya subyek dapat merasakan sensasi. Kenyataan bahwa mabnag absolut hanya
mengukur pada titik nol atau level terendahnya, sedangkan untuk menghubungkan
kedua intensitas tersebut perlu menentukan jarak total antara nilai-nialai
stimulus dan nilai-nilai sensasi yang dihasilkan, maka fechner mengusulkan ambang diferensial intensitas:
jumlah terkecil pada perubahan stimulus yang dapat memunculkan perubahan pada
sensasi. Misalnya seberapa besar sebuah beban harus ditambah beratnya agar
subyek dapat merasakan perubahannya.
Untuk mengukur seberapa berat sebuah beban dirasakan seseorang (seberapa berat yang dirasakan subyek), kita
tak dapat menggunakan ukuran fisika yaitu berat objek. Tetapi kita dapat menggunakan
pengukuran fisik sebagai dasar untukmengukur intensitas psikologi.
Fechner berpendapat bahwa setiap indra manusia ada peningkatan
relatif tertentu dalam intensitas stimulus yang selalu menghasilkan sebuah
perubahn intensitas senssi yang dapat diamati. Sehingga sensasi (kualitas mental atau pikiran), serta
stimulasi (kualitas mental atau tubuh)dapat di ukur. Hubungan keduanya
dinyatakan dalam sebuah persamaan: S = K log R, dimana S = besaran
sensasi, K= konstanta dan R – besaran stimulus.[3]
Fechner menghasilkan psikofisika sebagaigambaran dirinya yang
menemukan hubungan antara psiko(mental) dan fisika. Program psikofisika fechner
bertahan selama tujuh tahun.dia menerbitka dua buah tulisan singkat pada 1885
dan 1859, pada 1860 ia menawarkan sebuah eksposisi lengkap dalam karya Elemants of Phychophisics, sebuah buku
teks sains eksakta tentang hubungan dependen secara fungsional... antara dunia
material dan mental, dunia fisik dan psikologi.
Materi yang muncul selanjutnya adalah bagian dari Elemants of
Phychophisics, yang membahas tentang
perbedaan antara materi dan pikiran, antar stimulus dan sensasi yang
dihasilkan.
Awal abad sembilan belas, filosof jerman Immanuel Kant mengatakan
bahwa psikologi itu tidakmungkinmenjadi sains karena dianggap mustahil untuk
dapat bereksperimen dengan atau mengukur proses-proses psikologi. Namun dengan
karya dari fechnerlah yang ampu mematahkan pendapat Kant tersebut. Dan sebagian
besar karena riset psikofisik fechnerlah wilhelm wuntdapat mempersepsikan rencananya
untuk sebuah eksperimen psikologi. Karena metode-metode fechner terbukti dapat
diterapkan pada cakupan yang lebih luas.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan psikologi tahap awal yang mendorong
lahirnya psikologi baru, dimulai sejak adanya produk karya ilmiah di akhir abad
ke-19. Di sinilah fisiologi menjadi disiplin ilmu yang berorientasikan pada
eksperimental (1830-an). Tokoh penting dalam hal ini adalah fisiolog Jerman
yang bernama Johnes Muller, dialah yang menganjurkan untuk penggunaan metode
eksperimental, dan di tangannyalah juga terbit berbagai karya-karya luar biasa
mengenai ilmu fisiologi yang nantinya akan menjadi acuan oleh ilmuan-ilmuan
setelahnya.
Selanjutnya,
seiring dengan berjaannya waktu, ilmu fisiologi berkembang pesat di Jerman. Di
tangan beberapa ilmuan hebat Jerman seperti Helmholtz, Fechner, Weber dan
Wundt, ilmu fisiologi berkembang dengan baik dan menghasilkan
pengetahuan-pengetahuan baru tentangnya, dan dengan adanya hal tersebut juga sangat
membantu atau berpengaruh terhadap perkembangan ilmu psikologi baru.
DAFTAR PUSTAKA
P. Schultz, Duane, Ellen Schultz, Sydney.
2013. Sejarah Psikologi Modern. Bandung: Nusa Media
0 comments:
Post a Comment